Selasa, 09 Mei 2017

KEMBALI KEPADA KARAKTER BANGSA MARITIM



Oleh: Laksda TNI Agus Setiadji S.AP

Karakter adalah keakuan rohaniah yang nampak dalam keseluruhan sikap dan perilaku, yang dipengaruhi oleh bakat, atau potensi dalam diri dan lingkungan. Karakter bangsa dalam bidang antropologi dipandang sebagai tata nilai budaya dan keyakinan yang mengejawantah dalam kebudayaan suatu masyarakat dan memancarkan ciri-ciri khas keluar sehingga dapat ditanggapi orang luar sebagai kepribadian masyarakat tersebut (Ade Armando, dkk: 2008). Karakter bangsa adalah kualitas jati diri suatu bangsa yang membedakannya dengan bangsa lain, yang sering diberi padanan kata “watak, tabiat, perangai atau akhlak”.

Menurut Dean Peabody, karakter bangsa atau karakter nasional (national character) adalah “refers to relatively functional personality characteristics and patterns that are prototype among the adult members of a society. The assumption is that virtually all individuals behave in conformity with the prescribed norms, attitudes, desires and inclinations, views and opinions, motives and standards, beliefs and ideas, and hopes and aspirations of an individual which he shares with other members of his nation”. Karakter bangsa pada intinya merupakan identitas nasional atau jati diri yang melekat pada bangsa tersebut. Jati diri suatu bangsa, pada hakikatnya merupakan penjelasan tentang nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang di dalam aspek kehidupan suatu bangsa.

Sedangkan, identitas berarti ciri-ciri, sifat khas yang melekat pada suatu hal sehingga menunjukan suatu keunikan serta membedakan dengan hal-hal lain. Sedangkan nasional berasal dari kata “nation” yang memiliki arti bangsa, menunjukan kesatuan komunitas sosio-kultural serta memiliki semangat, cita-cita, tujuan, dan ideologi bersama. Untuk lebih memahami tentang identitas bangsa adalah dengan selalu menjunjung dan mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa tersebut, sekaligus memunculkan rasa kebangsaan, dan semangat kebangsaan.

Karakter Bangsa Unggul

Beberapa negara terbukti sangat menjaga nilai-nilai luhur bangsa, yang membentuk karakter dalam rangka menjaga kelangsungan hidup bangsa antara lain adalah bangsa Jepang. Karakter bangsa Jepang dibentuk sejak masih kecil serta ditularkan oleh orang tua melalui contoh dan tauladan. Prinsip hidup bangsa Jepang yang terinspirasi dari  Samurai adalah suka bekerja keras, mau hidup hemat, loyal, inovatif, pantang menyerah, gemar membaca serta tetap menjaga tradisi di tengah modernisasi. Perilaku bangsa Jepang yang sangat menginspirasi dunia antara lain: (1) ramah dan sopan, (2) ekspresif, (3) menghargai usaha dan proses, (4) tumbuh sebagai satu komunitas, serta (5) prosedural, well organized, tekun, dan teliti.

Contoh lain bangsa yang mempunyai karakter kuat dan mampu dengan cepat membangun negaranya, adalah Korea Selatan. Bangsa Korea merdeka pada tanggal 15 Agustus 1945, hanya berbeda dua hari dengan Indonesia. Korea juga mengalami perang saudara pada tahun 1950-1953, yang menewaskan hampir 2,5 juta jiwa serta menghancurkan perekonomian dan stabilitas negara. Dengan karakter yang unggul, Korsel mencetak prestasi yang sangat luar biasa sekaligus menjungkirkan semua pandangan rendah terhadap bangsa Korea. Perihnya penjajahan Jepang membuat bangsa Korea bertekad mengalahkan prestasi bangsa Jepang.

Menurut ekonom Chuk Kyo Kim dari Korea Institut for International Economic Policy,, keberhasilan Korea Selatan tidak lepas dari perhatian besar pemerintah pada bidang pendidikan, pembangunan sumber daya manusia, serta investasi agresif di kegiatan penelitian dan pengembangan. Kesuksesan Korea Selatan juga tidak lepas dari pembangunan karakter dan kebangsaan rakyat Korea yang tangguh, didukung kebanggaan dan cinta produksi dalam negeri, jiwa pekerja keras yang disiplin, pengelolaan utang luar negeri yang baik, pemerintahan yang relatif bersih, makro-ekonomi yang solid.

Karakter Bangsa Nusantara

Karakter nasional sangat memengaruhi kualitas warga bangsa tersebut, sehingga dapat dijadikan landasan serta sumber penguat terhadap elemen nasional yang lain. Jumlah populasi penduduk yang besar namun tidak didukung kualitas yang memadai, akan menjadi beban negara dan pada gilirannya akan menimbulkan berbagai permasalahan baru, baik aspek politik, ekonomi maupun keamanan.

Warga negara dengan karakter yang sesuai jati diri bangsa berdasarkan geografi negaranya, akan menjadi elemen yang sangat ampuh dalam melawan berbagai pengaruh asing. Dalam sejarah dunia maupun nasional, kolonialisasi suatu bangsa terhadap bangsa lain selalu diawali dengan penghancuran karakter bangsa, yang merupakan identitas nasional atau jati diri bangsa tersebut. Jati diri bangsa selalu dibentuk oleh kondisi lingkungan maupun letak geografis dimana mereka tinggal.

Indonesia adalah negara kepulauan di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lainnya. Kepulauan Nusantara menjadi wilayah perdagangan penting sejak abad ketujuh. Letak geografis Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia telah membuat terbentuknya karakter sebagai bangsa dengan budaya maritim.

Para pakar sejarah menduga bahwa perahu telah lama memainkan peranan penting di Nusantara, jauh sebelum bukti tertulis menyebutkannya. Dugaan ini didasarkan atas sebaran artefak perunggu, seperti nekara, kapak, dan bejana perunggu di berbagai tempat di Sumatera, Sulawesi Utara, Papua hingga Rote. Bukti tertulis paling tua mengenai pemakaian perahu sebagai sarana transportasi laut, tercetak dalam Prasasti Kedukan Bukit (16 Juni tahun 682 Masehi).

Pada prasasti tersebut diberitakan; ”Dapunta Hiya bertolak dari Minana sambil membawa pasukan sebanyak dua laksa dengan perbekalan sebanyak 200 peti, naik perahu…”. Selain itu pada masa yang bersamaan, dalam relief Candi Borobudur (abad ke-7-8 Masehi) dipahatkan beberapa macam bentuk kapal dan perahu. Dari relief ini dapat direkonstruksi, dugaan bentuk-bentuk perahu atau kapal, yang sisanya banyak ditemukan di beberapa tempat di Nusantara.

Hal ini membuktikan bahwa pada dasarnya bangsa Indonesia telah mempunyai karakter dan budaya maritim berdasarkan letak geografi, sejak jaman dahulu. Konsekuensi pemahaman sebagai manusia maritim adalah dengan perlunya memahami dasar-dasar ontologis hingga kosmologis tentang eksistensi bangsa Indonesia, yang kemudian menjadi bahan dasar dalam menata cara hidup yang berbasis pada dunia laut dan pesisir. Manusia-manusia yang hidup berkembang dalam dimensi spasial perairan, secara alami akan menjadi kelompok masyarakat yang berpikiran terbuka, adoptif, sekaligus adaptif. Tatanan sosial, ekonomi, dan politik sebagai produk budaya maritim, pada dasarnya akan memiliki kekhasan tersendiri dan berbeda dengan produk budaya yang lahir di atas konteks alam yang lain (Radhar Dahana: 2011).

Karakter Bangsa Indonesia dan Pancasila

Karakter bangsa Indonesia secara sangat tepat diterjemahkan oleh para founding fathers dalam bentuk “Kelima Sila dalam Pancasila”. Pancasila pada dasarnya adalah jati diri bangsa maritim Indonesia. Karakter bangsa maritim akan lebih religius dalam menghadapi perubahan cuaca di laut yang bisa sangat ekstrim. Bangsa maritim akan lebih toleran terhadap perbedaan-perbedaan dikarenakan interaksi yang lentur dan intens antara satu kelompok dengan kelompok yang lain. Hal ini berbeda dengan budaya daratan yang dipenuhi konflik dan peperangan dikarenakan kondisi geografis dan geologis yang memaksa mereka untuk melawan atau menguasai manusia, binatang, atau lingkungan sekitarnya. Sebagaimana contohnya negara-negara di kawasan Timur Tengah, baik pada masa silam maupun pada masa kini, terus dipenuhi dengan peristiwa-peristiwa kekerasan dan peperangan. Karakter bangsa maritim sangat mengedepankan asas kekeluargaan dalam aktivitas perekonomian mereka. Seperti penjelasan Charles Beraf (2014) tentang masyarakat nelayan di Lamalera, Nusa Tenggara Timur. Tradisi “tena laja” (penangkapan ikan-ikan besar) masih terus dihidupkan oleh masyarakat lokal hingga saat ini.

Tradisi ini tidak sekedar untuk memenuhi kebutuhan konsumtif belaka, namun juga menjadi aktivitas kultural masyarakat. Melalui tradisi ini mereka dapat menjaga kohesivitas antar anggota kelompok, selanjutnya hasil tangkapan yang didapat dari aktivitas ini, tidak dinikmati oleh penangkap saja, namun dibagikan kepada siapapun di Lamalera terutama para janda dan anak yatim.

Center of Gravity

Berbagai sejarah kehidupan dan perjuangan bangsa menempatkan karakter bangsa maritim yang religius, toleransi, kekeluargaan dan kebersamaan, merupakan faktor perekat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Karakter bangsa Indonesia tersebut tumbuh dan berkembang menjadi jati diri bangsa yang hidup di kepulauan Nusantara, membentuk pusat kekuatan (Center of Gravity), sehingga perlu terus dijaga dan dipertahankan.

Di dalam bukunya  “On War“ pada halaman 596, Clausewitz mendefinisikan arti Center of Gravity sebagai: “The hub of all power and movement, on which everything depends. That is the point against which all our energies should be directed”. Dalam pengertian ini, Clausewitz berbicara tentang lawan atau musuh, dengan berasumsi, jika musuh kehilangan keseimbangan akibat melemahnya Center of Gravity, maka pukulan demi pukulan terus dilakukan sehingga kemenangan lebih mudah tercapai. Center of Gravity bangsa Indonesia sangat dipahami oleh kolonial penjajah VOC Belanda, sehingga dengan metoda Devide Et Impera  serta merubah karakter bangsa Indonesia menjadi kontinental, telah mampu menjajah wilayah Nusantara lebih dari 350 tahun.

Selain karakter positif bangsa maritim yang mengalir dalam darah bangsa Indonesia, terdapat pula hambatan dan kebiasaan yang diakibatkan oleh faktor geografi, yang perlu untuk diperbaiki melalui program revolusi mental, antara lain: (1) bangsa yang hidup di daerah dua musim yang sangat subur, cenderung malas karena semua kebutuhan untuk hidup bisa dengan mudah didapat di sekitarnya, (2) walaupun religius, cenderung mudah percaya kepada hal-hal yang berbau klenik dan irasional (tidak rasional), (3) mudah lupa dan kurang mempedulikan faktor sejarah, (4) kecenderungan untuk tidak disiplin dan tidak taat aturan.

Pendidikan Karater Bangsa Maritim

Pendidikan karakter bangsa perlu dilaksanakan melalui konsep gerakan nasional yang didukung oleh semua lapisan masyarakat. Perlu dikembangkan pengalaman belajar (learning experiences) yang bermuara pada pembentukan karakter sejak dini ke dalam diri individu generasi muda Indonesia. Pada aspek aplikatif, perlu dibangun berbagai museum-museum  Sebagai contoh, pendidikan Sekolah Dasar di Belanda berlangsung dengan sangat sederhana dalam membentuk karakter. Siswa-siswa SD di Belanda, setiap hari selalu diarahkan untuk mengunjungi berbagai museum, kantor pemerintahan (gemeente kantoren) maupun komunitas lain yang menunjukkan identitas nasional, sementara pelajaran matematika masih belum banyak diajarkan. Siswa SD di Belanda dari awal juga sudah dibekali pengetahuan bahwa geografi negaranya sebagian besar berada di bawah permukaan laut, sehingga wajib hukumnya untuk mampu berenang.

Revolusi Mental adalah “gerakan seluruh rakyat Indonesia bersama Pemerintah untuk memperbaiki karakter bangsa menjadi Indonesia yang lebih baik”. Perbaikan karakter bangsa Indonesia hanya bisa dilaksanakan bilamana tetap mengacu kepada jati diri bangsa maritim yang merupakan identitas bangsa Indonesia yang termanivestasi dalam nilai-nilai pada setiap sila dalam Pancasila, dan perlu ditanamkan dalam diri manusia Indonesia sejak dini melalui metoda yang benar dan mengena dalam benak mereka.

Pendidikan karakter bangsa yang berjiwa maritim harus menjadi komitmen seluruh sektor kehidupan, bukan hanya tugas sektor pendidikan nasional. Karakter bangsa maritim yang kuat akan menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dalam kancah nasional, regional maupun global, sehingga memperkuat elemen nasional yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkaca Pada Negara Maritim Norway Yang Saya Kunjungi

Selama beberapa hari berkunjung ke Oslo sbg ibukota negara Norway dlm rangka mengikuti sidang FAO, banyak pelajaran yg saya anggap berm...